Scars [1]

I had scars all over my body.

Hehehe, saya dulu cukup bandel dan cukup celaka, maka jangan aneh melihat saya yang kini punya bekas luka cukup banyak. Mulai dari hasil menginjak beling tanpa sendal(mencoba debus, hohoho), sliding dengan sikut terluka menganga di aspal sampe tinggal tulang, pelipis bolong gara-gara maksa naik sepeda di tempat berpasir trus kejedot pojokan tempat masang bendera, sayatan 15 cm di kaki kiri gara-gara nekat lepas setir di jalan berkerikil, dengkul yang luka gara-gara menabrak motor lain hingga meninju tembok dan cermin setinggi nyaris 2 meter. 😀

Yah, itulah beberapa bekas luka saya, bekas luka yang pernah mengingatkan betapa konyol dan naif hidup saya dahulu. Bekas luka memang menunjukkan sedikit banyak bagaimana memori masa lalu yang kita jalani, dimana hal itu seharusnya jadi pembelajaran agar tak mengulanginya lagi.

Ada sebuah cerita tentang bekas luka yang ingin saya bagi disini. Siapin popcorn, pasang headset, puter lagu yang serem~hihihi

Ada seorang anak yang saking bandelnya susah sekali diatur oleh orang tuanya. Suatu ketika ada seorang tua yang bilang dia sanggup mengajari anak itu agar menjadi lebih baik. Caranya cukup unik, yaitu dia menyiapkan ratusan/ribuan paku dan palu yang kemudian diberikan ke anak bandel tersebut. Orang tua tersebut cuma berpesan, tiap kali si anak bandel berbuat salah, tancapkan satu paku di pohon yang dipilih orang tua tersebut. Si anak menurutinya, toh dengan begitu dia tak perlu diceramahi panjang lebar oleh orang tuanya. Singkat cerita, pada akhirnya si anak tersebut sedikit demi sedikit beranjak dewasa dan paku yang jadi teman hidupnya selama beberapa waktu terakhir telah habis. Si orang tua hadir kembali dan meminta si anak tersebut untuk mencabuti paku tersebut. Paku-paku tersebut berhasil dicabuti, namun apa yang terjadi pada pohon yang ditancapinya? Penuh lubang mengerikan dimana-mana. Kemudian si orang tua itu beranjak pergi sambil berkata sedikit saja ke si anak: “Begitulah hidup dijalani, kau sudah menancapkan begitu banyak paku yang melukai orang tua dan sekelilingmu. Luka tersebut mungkin akan kering, tetapi bekasnya akan tetap hadir selama si empunya bekas luka tetap hidup.”

Si anak menyadari kesalahannya, bagaimana dia menganggap remeh kesalahan-kesalahan kecil yang ia perbuat, hingga meninggalkan bekas luka seperti itu terutama bagi kedua orangtuanya.

Saya tak bodoh-bodoh amat untuk berpikir kita akan jadi terus suci, tak melakukan kesalahan sedikitpun. Maka karena itu, pertimbangkan segala tindakan kita, meski kecil. Agar tak ada bekas luka yang tak bisa dihapus hadir di kehidupan orang lain, gara-gara kita.

18 thoughts on “Scars [1]

  1. tapi bukan preman kan :p
    untung gak ada gambarnya yaaa, kalo ada pasti ……. ya diisi sendiri lah :p hehe

    oh ya, yang paku ditancapin itu saya sering denger xD salah satu kisah inspiratif yang saya suka

  2. cerita yang sudah pernah saya baca dan diceritakan kembali disini dengan gaya tulisan yang berbeda so nice,, yang penting maknanya nangkep.. kisah kecil dan sederhana saja sangat menginspiratif..

Leave a reply to fatimah aqila Cancel reply